June 8, 2015

TERAPI KELOMPOK

SEJARAH TERAPI KELOMPOK

A. EVOLUSI METODE KELOMPOK
  • Pada awal 1900, Joseph Pratt melakukan kunjungan ke rumah-rumah dan mengadakan pertemuan antar penderita TBC
  • Tahun 1910, Jacob Moreno yang merupakan seorang psikiater dari Rusia menggunakan teknik teater (seperti role playing) untuk membantu mengembangkan interaksi dan spontanitas pasien dengan membawa masalahnya pada setting kelompok
  • Tahun 1925, Moreno pindah ke USA dan memperkenalkan teknik "psikodrama"
  • Tahun 1930, Moreno menggunakan istilah "terapi kelompok"
  • Tahun 1931, Institut Tavistock di London (dengan dasar teori analisis Melanie Klein) mengembangkan proses kelompok dalam membantu pasien memecahkan masalah
  • Tahun 1931, Samuel Slavson yang merupakan seorang engineer melakukan terapi aktivitas kelompok dan mendorong anggotanya dalam berinteraksi menyelesaikan konflik, impuls, dan pola perilaku
  • Tahun 1943, Slavson menggorganisasikan Asosiasi Terapi Kelompok Amerika
  • Tahun 1964, Slavson menerapkan teknik terapi kelompok dengan pendidikan progresif dan psikoanalisis untuk membantu anak-anak dan remaja yang mengalami gangguan
B. PERKEMBANGAN TERAPI KELOMPOK PASCA PERANG
Pada tahun 1960, Kurt Lewin membentuk T-Group (Basic Skill Training Group) dengan tujuan awal untuk melatih pimpinan komunitas untuk memfasilitasi pemahaman dan kepatuhan dengan mengadopsi Fair Employment Practice Act. Berdasarkan formulasi T-Group, Leland Bradford, Kenneth Benne, dan Roland Lippit mendirikan National Training Laboratories (NTL) pada tahun 1950.

Kemudian, ada perubahan tujuan T-Group, yaitu:
1. Menciptakan kesadaran diri melalui pemahaman tentang perilaku interpersonalnya
2. Merupakan 'terapi normal' yang menekankan pada usaha memperbaiki keterampilan sosial manusia.

Pada tahun 1960, muncul Encounter Group yang merupakan hasil merger konsep serta prosedur dari terapi kelompok tradisional dan T-Group, dengan tujuan untuk mendorong perkembangan individu dan ekspresi diri serta pertumbuhan individu dan 'sensitivity training'.

Teknik yang diterapkan adalah:
1. Menekankan pada here dan now
2. Konsep feedback dalam komunikasi interpersonal
3. Meningkatkan keterbukaan diri oleh pimpinan kelompok
4. Teknik verbal dan nonverbal
5. Pertemuan dengan waktu yang terbatas

JENIS-JENIS TERAPI KELOMPOK

A. TERAPI KELOMPOK PSIKOANALISA
  • Konsep psikoanalisa dijadikan terapi kelompok oleh Wolf (1975) dan Slavson (1964)
  • Terdapat 4-5 pria dan 4-5 wanita dalam satu kelompok
  • Pertemuan berlangsung selama 90 menit dan tiga kali per minggu
  • Menurut Slavson, terapi kelompok berguna untuk membantu klien memperoleh insight, meningkatkan kesadaran emosional terhadap trauma yang terjadi pada masa kecil
B. PSIKODRAMA/ROLE PLAY
  • Dibuat oleh Jacob Moreno (1920)
  • Bertujuan untuk memberikan kesempatan pada klien untuk katarsis, berperilaku spontan, dan saling memahami antar-anggota
  • Ada tahap dimana klien memperagakan peristiwa hidupnya yang siginifikan dihadapan anggota lainnya
  • Ada juga tahap dimana anggota berperan menjadi klien dan klien menjadi individu yang berpengaruh dalam hidupnya dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran klien
  • Menurut Moreno, bermain peran lebih efektif untuk katarsis dan membebaskan klien untuk berkreasi
C. ANALISIS TRANSAKSIONAL
  • Dikemukakan oleh Eric Berne (1950)
  • Menurut Berne, fokus pada pemahaman klien daripada pelepasan emosi, untuk memperoleh insight mengenai kesalahan transaksi yang terjadi
  • Diawali dengan kontrak ("Saya ingin berhenti merasa depresi") untuk membuat rencana terapi dan evaluasinya (mencari status ego, tipe transaksi/games, naskah hidup)
 D. TERAPI PERILAKU BERKELOMPOK
  • Beberapa orang dengan masalah perilaku yang sama dapat diterapi bersama
  • Terdapat tiga jenis terapi perilaku berkelompok: 1) Systematic Desentizitation (terdiri dari klien-klien dengan phobia yang sama, bersama-sama belajar relaksasi). 2) Assertion Training Groups (anggota bermain peran melakukan perilaku asertif terhadap anggota lain, lalu yang lan memberi komentar). 3) Kontrol yang ditujukan terhadap perilaku tertentu (seperti makan berlebihan)
E. T-GROUPS/SENSITIVITY TRAINING GROUP
  • Ditujukan untuk individu normal
  • Kelompok terdiri dari 10-15 individu
  • Bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri; meningkatkan kepekaan perasaan, pikiran, dan tujuan terhadap orang lain; melatih kejujuran dan jadi diri sendiri; belajar memberi dan menerima umpan balik; menyelesaikan konflik interpersonal
  • Hanya ada trainer yang membantu menentukan tujuan dan arah kelompok serta membantu anggota belajar dari pengalaman 
F. ENCOUNTER GROUPS
  • Untuk mengatasi keterasingan terhadap lingkungan
  • Pandangan: perasaan bahagia, merasa diri 'penuh', bertanggung jawab, punya hubungan dekat dengan orang lain, lebih jadi diri sendiri, dapat mencapai dan berbagi dengan orang lain adalah esensi sebagai manusia
  • EG memfasilitasi individu untuk menjadi spontan dan merasakan keintiman bersama
  • Terapis tidak ikut campur dalam proses terapi. Pada awalnya anggota akan kebingungan, tapi lama kelamaan akan terjadi interaksi sehingga spontanitas dan keintiman dapat tercapai
  • Contoh: Marriage Encounter

KARAKTERISTIK TERAPI KELOMPOK

  • Pada umumnya terdiri dari 5-10 orang yang bertemu dengan terapis
  • Panjang sesi adalah 90-120 menit
  • Setting ruangan melingkar agar terapis dan anggota dapat saling melihat
  • Anggota kelompok heterogen (pekerjaan, tingkat pendidikan, rentang usia, dll)
  • Jenis gangguan terkadang sama atau berbeda (sesuai kebutuhan)

  KELEBIHAN TERAPI KELOMPOK 

  • Mengarah pada kenyataan, maksudnya individu dilihat secara pribadi dan dalam interaksinya dengan lingkungan sehingga anggota menjadi lebih peka terhadap lingkungan
  • Anggota dapat melihat adanya masalah yang serupa di sekitar dirinya, sehingga memunculkan pemikiran "You are not alone"
  • Adanya penerimaan dan dukungan kelompok yang pada awalnya diperlukan perasaan "kami"
  • Anggota dapat melihat dan meniru anggota lain yang sukses dalam mengatasi masalah
  • Ada kesempatan untuk memperoleh umpan balik dari kelompok
  • Ada kesempatan untuk saling membantu antar-anggota, bukan hanya dari terapis
  • Dengan adanya berbagai macam pribadi, kepekaan pikiran dan perasaan makin terasah
  • Pengalaman sebagai satu 'keluarga' dapat memperbaiki perilaku
  • Kesuksesan anggota menjadi harapan bagi anggota lain untuk mencapai perubahan


Referensi:

Yalom, I.D.(1975).The Theory and Practice of Group Psychotherapy. New York: Basic Books