PENGORGANISASIAN STRUKTUR MANAJEMEN
A. Definisi Pengorganisasian
Menurut G. R. Terry pengorganisasian adalah tindakan
mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan yang efektif antara orang-orang,
sehingga mereka dapat bekerja sama secara efisien, dan dengan demikian
memperoleh kepuasan pribadi dalam hal melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam
kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu.
Sedangkan menurut S. P. Hasibuan pengorganisasian
adalah suatu proses penentuan, pengelompokkan, dan pengaturan bermacam-macam
aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada
setiap aktivitas, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang
yang secara relative didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan
aktivitas tersebut.
Salah satu fungsi manajemen adalah mengetahui
pengorganisasian yang merupakan salah satu fungsi manajemen yang penting, karena
dengan pengorganisasian berarti akan memadukan seluruh sumber-sumber yang ada
dalam organisasi, baik yang berupa sumber daya manusia maupun sumber daya
lainnya ke arah tercapainya suatu tujuan.
Pemahaman tentang pengorganisasian sebagai salah
satu fungsi manajemen akan memberikan kejelasan bahwa proses pengaturan di
dalam organisasi tidak akan selesai tanpa diikuti oleh aktuasi yang berupa
bimbingan kepada manusia yang berada di dalam organisasi tersebut agar secara
terus menerus dapat menjalankan kegiatan sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
ACTUATING DALAM MANAJEMEN
A.
Definisi
Actuating
Menurut G. R. Terry actuating adalah usaha untuk
menempatkan anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan dan
berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan yang bersangkutan, oleh karena
anggota itu ingin mencapai sasaran tersebut.
Fungsi actuating lebih menekankan pada kegiatan yang
berhubungan langsung dengan orang-orang dalam organisasi. Perencanaan dan
pengorganisasian yang baik kurang berarti bila tidak diikuti dengan pergerakan
seluruh potensi sumber daya manusia dan non manusia pada pelaksanaan tugas.
Semua sumber daya manusia yang ada harus di optimalkan
untuk mencapai visi, misi, dan program kerja organisasi. Setiap sumber daya
manusia harus bekerja sesuai dengan tugas, fungsi dan peran, keahlian dan kompetensi
masing-masing sumber daya manusia untuk mencapai visi, misi, dan program kerja
organisasi yang telah ditetapkan.
Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam
kepemimpinan yang mengikat para bawahan agar bersedia mengerti dan menyumbangkan
tenaganya secara efektif serta efisien dalam pencapaian tujuan suatu
organisasi. Di dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena
disamping menyangkut manusia juga menyangkut berbagai tingkah laku dari
manusia-manusia itu sendiri.
Ada beberapa prinsip yang dilakukan pimpinan
perusahaan dalam melakukan pengarahan, yaitu:
1. Prinsip
mengarah kepada tujuan
2. Prinsip
keharmonisan dengan tujuan
3. Prinsip
kesatuan komando
Pada umumnya pimpinan menginginkan pengarahan kepada
bawahan dengan maksud agar mereka bersedia untuk bekerja sebaik mungkin, dan
diharapkan tidak menyimpang dari prinsip-prinsip diatas.
MENGENDALIKAN
FUNGSI MANAJEMEN
A.
Definisi
Controlling
Menurut Harold Koontz, controlling adalah pengukuran dan koreksi kinerja kerja dalam
rangka untuk memastikan bahwa tujuan-tujuan perusahaan dan rencana yang
dirancang untuk mencapainya tercapai.
Sedangkan menurut G. R. Terry, controlling adalah untuk mengawasi apakah gerakan dari organisasi
ini sudah sesuai dengan rencana atau belum serta mengawasi penggunaan sumber
daya dalam organisasi agar bisa terpakai secara efektif dan efisien tanpa
adanya yang melenceng dari rencana.
Terdapat tiga langkah penting dalam proses
pengawasan manajerial, yaitu:
1. Mengukur
hasil/prestasi yang telah dicapai oleh staff atau organisasi
2. Membandingkan
hasil yang telah dicapai dengan tolak ukur
3. Memperbaiki
penyimpangan-penyimpangan yang terjadi sesuai dengan faktor-faktor penyebabnya
dan menggunakan faktor tersebut untuk menetapkan langkah-langkah intevensi
Pengawasan, controlling,
atau pengendalian adalah satu diantara beberapa fungsi manajemen yang berupa
mengadakan penilaian dan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat
diarahkan ke jalan yang benar dengan tujuan yang telah digariskan semula.
Pengawasan merupakan tindakan seorang manajer untuk
menilai dan mengendalikan jalannya suatu kegiatan yang mengarah demi
tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
MOTIVASI
A.
Definisi
Motivasi
Menurut Kreitner dan Kinicki (dalam Deikme, 2013)
motivasi merupakan proses psikologis yang membangkitkan dan mengarahkan
perilaku pada pencapaian tujuan.
Sedangkan menurut Robbins (dalam Sari, Muis, &
Hamid) motivasi adalah kemauan untuk memberikan upaya lebih untuk meraih tujuan
organisasi yang disebabkan oleh kemauan untuk memuaskan kebutuhan individual.
Menurut Anoraga (dalam Koesindratmono &
Septarini, 2011) motivasi kerja merupakan sesuatu yang menimbulkan semangat
atau dorongan untuk bekerja.
Sedangkan menurut George dan Jones (dalam Tania
& Sutanto, 2013) motivasi kerja adalah semangat kerja yang ada pada
karyawan yang membuat karyawan tersebut dapat bekerja untuk mencapai tujuan
tertentu.
Menurut Campbell (dalam Wagimo & Ancok) teori
motivasi terbagi menjadi dua kategori, yaitu:
1. Teori
Kebutuhan (Need Theories)
Teori
kebutuhan memusatkan perhatian pada faktor-faktor di dalam individu yang mendorong,
mengarahkan, mempertahankan, dan menghentikan perilaku. Teori ini menekankan
pentingnya pengertian akan faktor-faktor internal individu, kebutuhan otomotif,
yang menyebabkan seseorang memilih kegiatan, cara dan perilaku tertentu untuk
memuaskan kebutuhan yang dirasakan. Beberapa ahli yang mengemukakan
pandangannya mengenai teori ini adalah Abraham Maslow, Clayton Alderfer,
Frederick Herzberg, David McClelland, Douglas McGregor.
2. Teori
Proses (Process Theories)
Teori
proses menjelaskan dan menganalisa bagaimana perilaku didorong, diarahkan, dipertahankan,
dan dihentikan. Teori ini menekankan pada penyebab adanya motivasi atau usaha
dan lebih penting lagi adalah hubunngan antar satu dengan yang lain. Beberapa ahli
yang mengemukakan teori ini adalah Victor Vroom, B. F. Skinner, E. Locke, dan
J. Stacy Adam.
KEPUASAN KERJA
A.
Definisi
Kepuasan Kerja
Menurut Robbins dan Judge (dalam Tania &
Sutanto, 2013) kepuasan kerja adalah perasaan positif pada suatu pekerjaan yang
merupakan dampak atau hasil evaluasi dari berbagai aspek pekerjaan tersebut.
Sedangkan menurut Sofyandi dan Garniwa (dalam
Prasetya, Handayani, & Purbandari, 2013) kepuasan kerja adalah sikap umum
seseorang dalam menghadapi pekerjaannya, seseorang yang tinggi kepuasan
kerjanya memiliki sikap positif terhadap pekerjaan, sedangkan seseorang yang
tidak memperoleh kepuasan di dalam pekerjaannya memiliki sikap yang negatif
terhadap pekerjaannya.
As’ad (dalamKingkin, Rosyid, & Arjanggi)
mengemukakan aspek-aspek kepuasan kerja adalah:
1. Aspek
Psikologik
Aspek
psikologik berhubungan dengan kejiwaan karyawan yang meliputi minat,
ketentraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat, dan keterampilan.
2. Aspek
Sosial
Aspek
sosial berhubungan dengan intetraksi sosial baik antara sesama karyawan, dengan
atasannya, maupun karyawan yang berbeda jenis pekerjaannya.
3. Aspek
Fisik
Aspek
fisik berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan kerja, pengaturan waktu
kerja, perlengkapan kerja, dan kondisi kesehatan karyawan.
4. Aspek
Finansial
Aspek
finansial berhubungan dengan kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan
besarnya gaji, jaminan sosial, fasilitas, promosi, dan macam-macam tunjangan.
Menurut Spector (dalam Laksmi & Hadi, 2012)
terdapat tiga faktor yang dapat menentukan kepuasan kerja seseorang, yaitu:
1. Faktor
Lingkungan
Faktor
lingkungan terdiri dari karakteristik pekerjaan dan gaji.
2. Faktor
Personal
Faktor
personal terdiri dari perbedaan usia, gender,
kepribadian, dan perbedaan budaya.
3. Faktor
Interaksionis
Faktor
interaksionis merupakan faktor yang paling menentukan kepuasan kerja yang
berasal dari gabungan atau interaksi dari faktor lingkunngan dan personal.
DAFTAR PUSTAKA
Deikme,
P. (2013). Motivasi kerja dan budaya organisasi pengaruhnya terhadap kinerja
pegawai bagian keuangan SEKDA Kabupaten Mimika Provinsi Papua. Jurnal EMBA, 1, 981.
Kingkin.
P., Rosyid. H.F., Arjanggi. R. Kepuasan kerja dan masa kerja sebagai prediktor
komitmen organisasi pada karyawan PT. Royal Korindah di Purbalingga. Jurnal Proyeksi, 5, 20.
Koesindratmono.
F., Septarini. B.G. (2011). Hubungan antara masa kerja dengan pemberdayaan
psikologis pada karyawan PT. Perkebunan Nusantara X (Persero). Jurnal INSAN, 13, 51.
Laksmi.
N. A. P., Hadi. C. (2012). Hubungan antara konflik peran ganda (work family conflict) dengan kepuasan
kerja pada karyawati bagian produksi PT. X. Jurnal
Psikologi Industri dan Organisasi, 1, 127.
Prasetya.
V., Handayani. D., Purbandari. T. (2013). Peran kepuasan kerja, self esteem, self efficacy terhadap
kinerja individual. Jurnal Riset
Manajemen dan Akuntans, 1, 60.
Sari.
R., Muis. M., Hamid. N. (2012). Pengaruh kepemimpinan, motivasi, dan stress kerja
terhadap kinerja karyawan pada Bank Syariah Mandiri kantor cabang Makassar. Jurnal Analisis, 1, 88.
Tania,
A., Sutanto, E.M. (2013). Pengaruh motivasi kerja dan kepuasan kerja terhadap
komitmen organisasional karyawan PT. DAI KNIFE di Surabaya. Jurnal Agora, 1, 2.
Wagimo,
Ancok. D. Hubungan kepemimpinan tranformasional dan transaksional dengan
motivasi bawahan di militer. Jurnal
Psikologi, 32, 115.
No comments:
Post a Comment